Minggu, 20 Maret 2011

Ustadzku Nikah Rekk (Doa Rabitah)

Ustadzku Nikah Rekk (Doa Rabitah)

Taufiqurrohman

Minggu, 20 Maret 2011

Persiapan panitia

My Club (Muslim Youth Club) sekeluarga pekan ini sangat bahagia, karena kenapa? Yak betul-betul, karena kedua pembina kita akhirnya sebentar lagi akan dipersatukan dalam ikatan yang suci dan halal. Ustadz Nailul dan Ustazah Qory mengikat janji suci, seia sekata, sehidup sepenanggungan (bukan sehidup semaput, kayak janji orang yang sedang pacaran saja). Diawali dengan pembentukan panitia resepsi pernikahan dari teman-teman My Club. Pembagian job dis dan pj masing-masing. Kebetulan kebagian PJnya tim Nasyid dan dokumentasi. Siap komandan!

Tepat hari Minggu, 20 Maret 2011 walimahan dimulai. Bertempat di Jl. Brawijaya, Kedungkwali, Gang VII, Nomor 17, Mojokerto yaitu di kediaman Bapak Mahmuda bapak dari Mbak Qory. Kebetulan Taufiq dan Fajar ditugasi untuk berangkat sabtu malam, karena harus membantu untuk dekorasi. Tetapi anehnya ketika sampai di Mojokerto bukan membantu untuk dekorasi malah diminta untuk menemani mempelai laki-lakinya (Pak Nailul). Bukan karena apa-apa sebetulnya kita ingin membantu untuk dekorasi, tetapi ternyata sudah ditata dari pihak persewaan set pernikahan. Apa boleh buat, dari pada menganggur kita menemani Pak Nailul saja, karena beliau sendirian. Masak mantene lanang ditinggal dewean? Gak tego rekk. He he he...

Malam menjelang pernikahan

Akhirnya berempat kami berangkat di kediaman pamannya Mbak Qory. Di sana kami mengatur strategi untuk terjun di medan jihat besuk. Kenapa saya bilang medan jihat? Kan nikah itu sama dengan berjihat. Bukan begitu bukan? Untuk mencairkan suasana dan meredam ketegangan kami bercakap-cakap dan menyelesaikan lis acara. Sedikit guyonan khas Pak Nailul, beliau bilang, “eh awakku kok gak penak ya? Hawane panas karo ngreges ngenei, lapo ki” padahal waktu itu hawanya tidak panas bahkan dingin. Kemudian Mas Suradi (sebagai mc besuk) menanggapi, “yo jelas rekk, hawane wong sing ape nikah ya panas, gregesi, gopo ngunu”. “Ooo iya mas mungkin grogi tu”, kata ku menimpahi pembicaraan mereka berdua, sedangkan teman satuku lagi (Fajar) sudah tergeletak pulas dikarpet merah tebal. Sambil mengeluarkan kitab tebal yang berisi tentang dunia berumah tangga Pak Nailul memulai guyonan lagi. Katanya, “Sakjane sesuk iki acarane sapa ta?”. Dari perkataannya sungguh gaya dan bernada kemlinti kata orang kulonan. Dengan nada memprofokasi Mas Suradi menanggapinya, “ayo muleh wae wis, gak sido dadi mc. Sing nduwe gawe gak ngawai”. Ha ha ha... kemudian kita bertiga tertawa lirih tanpa diikuti Fajar yang sudah mendahului strat.

Malam itu benar ada hal yang berbeda dari Pak Nailul. Yang menunjukkan gelagat aneh seorang ikhwan menjelang pernikahannya. Yang panas dingin, gerah, pusing, dsb (dan saya bingung). Memang butuh ketenangan batin dan kekuatan mental orang yang sudah memutuskan untuk menikah. Orang menikah itu memang harus matang dalam segala hal. Matang dari fisiknya, mentalnya, materinya, ilmunya, pengetahuannya, dll. Dan malam itu kami tutup dengan doa sebelum tidur. Dengan harapan besuk fisik bisa 100% dan siap.

Akhat nikah

Pagi-pagi kami panitia mempersiapkan tempat untuk akhat nikahnya. Yaitu di dalam mushola yang ada di samping tempat resepsinya. Menyiapkan meja dengan dihias taplak batik, bunga, dan tulisan-tulisan kaligrafi. Tepat selesai mempersiapkan mempelai laki-lakinya datang dan kamipun sedikit ngobrol dengan beliau untuk menemani juga. Hari ini Pak Nailul tampak ganteng, gagah, dan berusaha untuk tetap percaya diri. Sekitar pukul 08.15 acara akhat dimulai. Diawali dari mc yang memberikan waktu untuk Ustadz Johan memberikan taujih kepada kedua mempelai dan kami semua yang hadir. Nasihat-nasihat tentang mengarungi keluarga dan hakikat manusia diciptakan untuk berpasang-pasang. Dilanjutkan dengan tanyajawab antara bapak penghulu dan mempelai laki-lakinya. Inilah saat-saat yang menegangkan, karena kami semua yang ada di dalam mushola diam termenung dan dengan hikmat menyaksikan proses yang sangat bersejarah ini. Suasana hening pecah ketika semua orang bilang SAH, SAH, SAH.... Barakallah.

Dilanjutkan dengan penyerahan mahar dari Pak Nailul kepada Mbak Qory. Ini juga momen yang langka, karena notabene mereka berdua adalah ikhwah yang sudah pasti tidak pernah bersentuhan dengan lawan jenis yang tidak mukrimnya. Nah untuk kali ini mereka berpegangan dan Mbak Qory menciun tangannya Pak Nailul. Huuuuu... terharu rekk. Tak lupa semua momen yang bersejarah ini saya abadikan lewat kamera digital biruku. Suasana semakin membara dan mantap ketika setelah penyerahan mahar saya menimpahi dengan teriakan TAKBIR dan diikuti dengan seluruh hadirin yang sebagian besar ikhwah. ALLAHUAKBAR. Selesailah untuk akhat nikahnya dan berarti beliau berdua sudah mukhrim dan sah menjadi sepasang pengantin muda. Pengen rekk.

Resepsi pernikahan

Tepat setelah akhat nikah dilanjutkan dengan seserahan dari keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan diikuti dengan rombongan keluarga laki-laki. Kursi mempelaipun sudah siap untuk menyambut kedua pasangan ini. Keluar dari rumah rias pak Nailul tampak makin guanten dengan pakaian resepsi yang berwarnya kuning emas, begitu juga dengan Mbak Qory yang makin cuantik dengan gaun muslimnya yang serasi dengan Pak Nailul. Berjalan di atas permadani merah mereka berdua menuju kursi mempelai. Sungkem antara kedua orang tua dari kedua mempelaipun berjalan hikmat. Dengan penuh penghayatan Pak Nailul dan Mbak Qory nencium tangan dari kedua orang tua mereka. Kemudian dilanjutkan taujih pernikahan dari Ustadz Sholeh. Dengan nasihat-nasihatnya yang kadang sedikit guyonan kepada pengantin membuat suasana semakin akrab yang awalnya kedua mempelai yang tampak tegang dan kaku, maklum rek baru pertama kali. (ya iya lah, masak mau yang kedua kali). Taujih pun berakhir dan ditutup oleh mc.

Kemudian dilanjutkan dengan penampilan nasyid dari Al Uswah voice yaitu merupakan murid-murid dari Pak Nailul yang membawakan lagu Neo Sholawat dan Anyta. Wah keren ni adik-adik Smp Al Uswah, ada generasinya ni di dunia nasyid. Heeeee... menemani hadirin yang sedang bersantap hidangan prasmanan yang disediakan nasyid La Tahzan dari teman-teman Surabaya tampil dengan membawakkan berbagai lagu islami dan lagu pernikahan untuk mengiringi pengantin yang sedang berfoto-foto dan untuk menghibur para undangan. Satu persatu para undangan berfoto sekaligus berpamitan dan rombongan ikhwan akhwat dari My Club pun bergantian berfoto dengan kedua mempelai. Kamerapun siap membidik, jepret, jepret, jepret. Kami pun memberikan ucapan dan merangkul Pak Nailul. Sekitar pukul 12.00 acarapun berhenti dan sekaligus berakhir karena azan dhuhur sudah berkumandang dan kamipun bergegas untuk pergi ke mushola yang tidak jauh dari tempat resepsi. Setelah sholat kamipun berpamitan dan sekali lagi memberikan ucapan selamat dengan sedikit haru. Barakallah Ustadz, semoga menjadi keluarga yang bisa membawa kebaikan di dunia dan bermuara di akhirat nanti. Kami akan menyusulmu ustadz, tunggu kami. He he he...

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

boleh usul, tapi gak boleh asal